“Neng Luisa……” sebuah suara
memanggil seorang gadis yang
baru saja keluar dari sebuah
kelas di salah satu SMU swasta
terkenal di ibukota.
Cerita Seks Paling Hot – Saat itu
kegiatan belajar mengajar di
sekolah baru saja selesai, dan
semua siswa-siswi bersiap-siap
untuk pulang. Gadis yang
dipanggil itu berhenti sejenak
lalu memutar tubuhnya ke
belakang sambil menatap
seorang lelaki setengah baya
yang tergopoh-gopoh lari ke
arahnya. Melihat siapa yang
datang, gadis itu langsung
memisahkan diri dengan teman-
temannya, lalu mengajak lelaki
tadi masuk kembali ke dalam
sebuah kelas kosong untuk
berbicara 4 mata saja.
Nampaknya ada hal yang sangat
serius yang mereka obrolin.
Sekitar 10 menit mereka
mengobrol, kemudian gadis itu
keluar dari kelas itu dengan
tersenyum penuh arti. Demikian
juga lelaki setengah baya itu.
Entah apa yang mereka
bicarakan. Akhirnya gadis itu
kembali menyusul teman-
temannya, bersiap-bersiap untuk
pulang. Nama gadis itu adalah
Luisa. Usianya baru 17 tahun. Ia
sekolah di kelas 2 sebuah SMU
swasta terkenal di ibukota ini.
Luisa merupakan salah satu
cewek terpopuler di sekolahnya.
Gadis belia itu sangat cantik,
dengan hidung mungil yang lucu.
Dia memiliki kulit putih bersih
yang mulus, mata bulat dengan
bulu mata yang lentik dan
panjang hitam lurus
sepunggung. Gadis manis itu
memiliki tubuh mungil khas
remaja, dengan dada yang tidak
begitu besar namun montok dan
menantang serta dihiasi seragam
SMU yang ketat, rok yang
beberapa centi di atas lutut, dan
kaus kaki putih panjang yang
menutupi keindahan betisnya.
Ya, kecantikan wajah dan
tubuhnya, nyaris sempurna,
sangat sesuai dengan selera om-
om hidung belang. Ditunjang
bibirnya tipis menggoda, dan
selalu dihiasi senyum nakal
remaja, membuatnya sebagai
magnet bagi kaum lelaki,
termasuk lelaki yang baru saja
diajaknya ngobrol di kelas tadi.
Lelaki setengah baya yang baru
saja berbicara dengan Luisa
adalah Mang Hamad. Dia adalah
pesuruh sekolah ini yang
bertugas antara lain sebagai
tukang sapu sekaligus tukang
kebun sekolah. Umurnya sudah
52 tahun. Dia bertubuh tinggi
besar dan berkulit hitam.
Rambutnya yang putih tipis
nyaris botak sedangkan kumis
dan janggutnya tumbuh liar tak
teratur. Tetapi yang paling tidak
mengenakan untuk di lihat
adalah tampanganya sangat
jelek. Tahun ini dia sudah bekerja
selama 12 tahun dan dia
dipertahankan kepala sekolah
karena sangat baik dan rajin.
Murid-murid sekolah itupun
sangat senang bergaul
dengannya yang sangat ramah.
************************
Di sebuah kompleks perumahan
Pukul 16.00
Dengan sepeda bututnya, Mang
Hamad menyusuri jalan di
sebuah perumahan menengah
atas. Sepeda itu berhenti di
sebuah rumah bertingkat dua
dengan taman garasi mobil di
sampingnya. Mang Hamad
menjulurkan tangannya ke dalam
pagar untuk mencari knop bel.
Tak lama kemudian dari dalam
sana keluar seorang gadis belia
dengan senyuman khasnya yang
nakal. Gadis itu adalah Luisa.
Tubuhnya yang indah itu
terbungkus hotpants ketat
berwarna putih dan baju
berkancing tanpa lengan yang
berwarna sama dengan
bawahannya. Penampilan sangat
seksi dan menggoda sore itu.
“Sore mang, yuk masuk!” ajak
gadis itu.
Maka Hamad pun akhirnya
memasukkan juga sepedanya ke
dalam setelah Luisa
membukakan pagar untuknya.
Mang Hamat mengikutinya dari
belakang, sesekali matanya
menatap pantat gadis itu yang
bergoyang kesana-kemari
dengan indahnya. Begitu bulat
dan padat sempurna bokong itu
sampai Mang Hamad gemas
ingin meremasnya. Luisa
menyuruh Mang Hamad
memasukkan sepedanya ke
garasi yang kebetulan hari itu
kosong, yang menandakan ada
yang memakai mobil
keluarganya. Kemudian dia
mengikuti si empunya rumah
memasuki rumah itu setelah
melepas alas kaki dan
menaruhnya di depan pintu.
“Mang Hamad bawa kan
barangnya?” tanya Luisa dengan
wajah penuh harap.
“Bawa neng. Tapi harus cepat-
cepat dikembalikan. Takut kepala
sekolah tahu”
“Tenang aja, cuman bentar kok”
jawab Luisa dengan tersenyum
puas.
“Tapi duit perjanjiannya sudah
ada kan neng?”
“Santai saja mang. Tapi saya lihat
dulu dong apa yang Mang Hamad
bawa apa”
“Boleh” jawab Mang Hamad
seraya mengeluarkan sesuatu
dari balik punggunya.
“Eh mang, kita lihat di kamar
Luisa aja. Ga ada orang kok” kata
Luisa lalu mengajak Mang Hamad
ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, gadis itu lalu
duduk di atas ranjangnya yang
diikuti Mang Hamad.
“Mana mang?”
“Ini neng, seperti yang neng
minta” kata Mang Hamad
tersenyum sambil menyerahkan
sebuah map berisi beberapa
lembar kertas.
Luisa melihat semua isi map itu
dan ikut juga tersenyum bahagia.
“Benar kan ini yang neng Luisa
mau?”
“Benar mang. Pintar juga nih si
mamang” puji gadis itu
“Siapa dulu dong….Hamad bin
Abdul Aziz” kelakar pesuruh
sekolah tua itu sambil
membusungkan dadanya.
“Tapi ga ada yang tahu kan?”
“Sumpah ga ada neng. Tenang
aja. Sekarang mana duit yang
neng janjikan”
Luisa terdiam sejenak. Dia
memang menjanjkan sejumlah
uang kepada pesuruh
sekolahnya ini untuk “jasa’ yang
telah dilakukan Mang Hamad.
Tapi terus terang dia tidak
menyangka Mang Hamad akan
berhasil. Luisa sebenarnya orang
yang berada. Uang jajannya
terbilang banyak. Orangtuanya
selalu memberikan uang jajan
setiap bulan (bukan perhari
seperti siswa lain), dengan
jumlah yang cukup banyak untuk
ukuran anak SMA. Hal itu
dimaksud agar Luisa jadi disiplin
dan bisa me-manage duit sendiri.
Tapi sayang, gaya hidup Luisa
sangat glamor, suka hura-hura.
Dia memang dikenal cukup gaul,
modis karena badannya memang
bagus dan wajahnyapun cantik.
Butuh biaya yang tidak sedikit
untuk mendapatkan semua itu,
maka maka tak heran baru
pertengahan bulan seperti ini dia
sudah kehabisan uang. Kalau
sudah begitu maka jangan harap
ortunya yang disiplin dalam hal
keuangan itu akan memberikan
uang jajan tambahan.
“Mana duitnya neng? Mau
mabok-mabokan dulu nih.
Hehehe…” pinta Mang Hamad.
“eh..gini mang…anu…..” kata
Luisa terbata-bata.
“Apa? Jangan bilang ga ada
duit?”
“Bukan begitu. Jadi gini. Duit
Luisa lagi ga ada sekarang. Habis
kepake. Gimana kalo saya bayar
bulan depan?”
“Ya elah neng. Tahu gitu ga mau
deh mamang ambil resiko kayak
gini”
“Maaf deh mang…Bulan depan
ya…beneran ini uang jajan saya
sudah habis nih” kata Luisa
memelas.
“Masa utang. Kalo gitu ga jadi
deh. Cape-cape saya nyolong ini”
kata Mang Hamad sambil berdiri
dan siap-siap keluar dari kamar.
Luisa lalu memutar otak dengan
cepat. Dia ga boleh membiarkan
Mang Hamad pergi membawa
“barang” itu. Karena itu sangat
penting baginya. Menyangkut
masa depannya. Maka dia
bertekad akan melakukan
apapun asal dia
mendapatkannya. Agaknya
terpaksa ia harus memakai cara
terakhir, maka dia lalu berdiri
dan memanggil Mang Hamad
yang sudah di pintu kamarnya.
“Mang…..” panggil Luisa pelan,
suaranya dibuat sesexy mungkin.
Mang Hamad menoleh ke
belakang.
———-
“Apa lagi? Pokoknya ada uang
ada barang.” katanya.
“Jangan gitu dong mang. Lagi ga
ada uang. Gimana kalo barang
diganti barang?”
“emang pasar loak bisa barang
diganti barang”
“Aku yakin barang yang ini
mamang suka deh” kata Luisa
menggoda.
“Barang apaan?”
“Mamang duduk dulu deh di
ranjang ini” kata Luisa, dia lalu
berjalan ke pintu kamar.
“Hei.. neng mau kemana?”
Luisa diam saja, pintu kamarnya
itu dikuncinya lalu kembali ke
arah Mang Hamad yang duduk
bengong tak mengerti. Luisa
sekarang berhadapan dengan
Hamad. Perlahan-lahan
dibukanya kaos tanpa lengennya
di hadapan pria tua itu sehingga
sehingga BH-nya yang warna
pink dan perutnya yang mulus
dan putih telah terlihat oleh
Mang Hamad. Kontan Mang
Hamad melotot dan kaget
dengan perlakuan gadis itu.
Matanya makin melotot saat
Luisa juga melepaskan BH-nya,
sehingga kini kedua
payudaranyas terbuka lebar-
lebar dan pria itu bisa melihatnya
dengan bebasnya.
“Barang yang ini loh yang saya
maksud” kata Luisa dengan genit
memamerkan dadanya.
Memang payudara Luisa betul-
betul indah menggoda. Keduanya
begitu menantang untuk diraba-
raba dan diremas-remas.
Sementara kedua putingnya
berwarna kemerahan nampak
segar menantang untuk dikulum.
Mang Hamad masih bengong tak
tahu berbuat apa atas
perlakukan nekat Luisa.
“Mang, bagaimana kalo duit yang
saya janjikan diganti dengan
tubuh saya? Mang Hamad boleh
menikmati tubuh saya sampai
mamang puas. Tapi mamang
serahkan barang itu” bujuk
Luisa.
Lalu tangannya menggapai
tangan Mang Hamad yang
berotot. Tangan Mang Hamad
yang masih terbengong lalu
ditempelkannya di payudaranya.
Tangan kekar dan kasar itu tepat
memenuhi payudara Luisa.
Tangan Mang Hamad agak basah
berkeringat. Tapi tiba-tiba
tangan itu meremas payudara
Luisa dengan lembut.
“Aaahh…gitu…terus… Mang..”
desah Luisa manja.
“Luisa… tetek kamu indah sekali..
bening banget… kenyal lagi…”.
“Asal mamang mau kasih barang
itu, mamang boleh kok
menikmtinya sampai puas”
“Benar nih??” tanya penjaga
sekolah itu seolah-olah tak
percaya.
“Benar Mang” kata Luisa dengan
mengarahkan kepala Mang
Hamad ke payudaranya. A
Mang Hamad yang sudah
terangsang mulai mencium
payudara Luisa, dicium, dijilat,
dikenyot, dihisap dan digigit
putingnya yang berwarna
kemerahan.
“Mang.. aaahhh.. aahhh en…
enak.. Mang..”
“Iya… neng… pentilnya… manis
nih”
“Ayo mang nikmatin sepuasmu…
ahhhh……” desah Luisa.
Sementara payudara Luisa
sedang dilahap oleh mulut Mang
Hamad, tangannya mulai
merambah ke paha gadis itu,
dirabanya sebentar paha mulus
itu lalu diturunkannya hotpants
Luisa ke lantai. Kini Luisa berdiri
di kamar itu dengan setengah
telanjang di hadapan penjaga
sekolah itu dengan hanya
memakai celana dalam saja.
Sungguh pemandangan yang
menggairahkan. Dibantu oleh
Luisa, Mang Hamad kemudian
meraih celana dalam Luisa dan
ditarik ke bawah hingga kaki,
otomatis vaginanya yang ranum
terpampang jelas dan
menyerbakan aroma harum di
kamar itu.
“Neng Luisa…bau apa ini…wangi
sekali…”
“Bau ini Mang…kan Luisa baru
mandi.” jawab Luisa menunjuk
ke kelaminnya
“Waaaww… pasti rasanya.. enak..
juga.. ya..”
“Kalau Mang Hamad mau…
mencoba.. boleh.. kok.. sodok aja
sama ****** Mang Hamad.. yang
mulai gede…” Luisa melihat
batang kemaluan Mang Hamad
sudah mulai mendesak dari balik
celana yang dikenakannya.
Tubuh Luisa lalu dibaringkan di
tempat tidur. Mang Hamad
melotot melihat tubuhnya yang
sudah telanjang bulat, matanya
terus menatap ke arah vagina
Luisa. Nafasnya berubah menjadi
semakin liar. Saat itu benar-benar
Luisa tambah begitu sexy dan
merangsang mata laki-laki
ygmemandangnya. Tubuhnya
yang mulus, putih dan kencang
itu terpampang di atas ranjang
hingga membuat darah
menggelegak.
“Neng Luisa, ka.. kamu…
hgeehh…
memek….bagus….sekali…. ka..
kamu… mau.. ya…”
“Iya… Mang. selesaikan aja
sekarang. Habis itu berikan
barangnya ya”.
Benar-benar Luisa telah
menyerahkan seluruh tubuhnya
kepada Hamad demi barang
yang belum tahu apa. Lalu Mang
Hamad berlutut di depan gadis
itu, kepalanya diarahkan ke
vaginaanya. Luisa menahan nafas
menantikan perlakuan penjaga
sekolahnya.
“Ooooh.OOHHHHH. Aduuhh.
Enaak!!!”
Mang Hamad menyapukan
lidahnya pada bibir kemaluannya.
Lidahnya semakin liar saja, kini
lidah itu memasuki liang
vaginanya dan bertemu dengan
klitorisnya. Badan Luisa bergetar
seperti tersengat listrik dengan
mata merem-melek. Gadis yang
sudah terangsang berat itu
mengelus-elus kepala Mang
Hamad seraya membuka
pahanya lebih lebar, kepalanya
menengadah menatap langit-
langit kamar. Mang Hamad
nampaknya sudah pengalaman
menaklukan wanita, dengan
jarinya dia buka vagina Luisa
sehingga lidahnya dapat
menelusuri lebih ke dalam. Selain
dengan lidah, Hamad juga
mengerjai liang vagina gadis itu
dengan jari-jarinya, jadi sambil
menjilat jarinya juga aktif
mengorek-ngorek liang itu
sehingga area itu semakin
berlendir.
“Oohhh…enak banget. Hebat
banget sih jilat-jilatnya….ohhh…
ohhhh….” desah Luisa.
Luisa, anak kelas 2 SMU yang
cakep dan populer itu, yang jadi
idaman seluruh cowok di
sekolah itu, kini dibuat jadi tak
berkutik dan mendesah-desah
makin tak keruan oleh pesuruh
sekolahan itu. Apalagi sekarang
kedua tangan Mang Hamad
meraih ke atas menggenggam
dan meremas-remas masing-
masing satu payudara Luisa.
“Oooh. AAAHHHHHH.
AAAAHHHHHHHH.
AAAAAHHHHHHHHH.”
Jilatan Mang Hamad itu benar-
benar ampuh. Sampai-sampai
membuat Luisa, cewek bermata
indah itu, sekarang jadi basah
kuyup vaginanya dibuatnya.
Wajah Mang Hamad pun jadi
ikutan basah pula kena tetesan
cairan dari vaginanya. Namun
dengan liar ia terus menjilati
vagina basah Luisa sehingga jadi
makin kuyup aja. Mang Hamad
semakin memegang kendali
permainan sampai akhirnya kini
Luisa benar-benar pasrah dan
mengikuti saja seluruh
permainan Mang Hamad. Hal ini
menunjukkan bahwa Mang
Hamad jauh lebih
berpengalaman dibanding Luisa.
Kini Mang Hamad mengeluarkan
kepalanya dari himpitan paha
Luisa. Hal itu membuat Luisa
merasa tanggung dan mau
marah. Tapi dia sadar jutru dia
harus bisa memuaskan lawan
mainnya ini demi “perjanjian”
tadi.
“Ayuk, sekarang neng duduk ya,”
kata Mang Hamad sambil
menyuruh Luisa duduk setengah
tiduran di ranjang. Sementara ia
melepaskan seluruh pakaian
yang melekat di tubuhnya.
Nampaknya Mang Hamad ingin
Luisa melihat penisnya yang akan
dikeluarkan.
“Neng Luisa pasti belum pernah
lihat ****** orang kampung
kayak punya mamang. Sekarang
mamang kasih lihat. Gratis.
Hehehe..”
Kemudian Mang Hamad
membuka resulting celananya
dan menurunkan celana
dalamnya sekaligus sehingga
menyembullah penis yang sudah
mengeras itu di depan wajah
Luisa. Penis itu besar dan
panjang dengan batang yang
hitam dan ujungnya yang
bersunat berbentuk helm
tentara, membuat Luisa terkesiap
karena panjangnya. Ini
merupakan penis terbesar yang
pernah dilihat langusng olehnya.
Beda dengan punya pacarnya.
Walau merasa ngeri saat
membayangkan penis itu bakal
mengoyak vaginanya, tapi Luisa
tak bisa menyembunyikan
kekagumannya. Maka tanpa
diminta diapun mulai mendekati
penis itu lalu mengelusnya.
Tubuh Mang Hamad bergetar
saat Luisa mulai meraih penis itu
dan mengocoknya pelan.
“Tangannya halus..enak…” desah
Mang Hamad.
Pelan-pelan, Luisa memajukan
wajahnya, dia melanjutkan
kocokannya sambil menyapukan
lidahnya pada kepala penis itu,
sehingga Mang Hamad
mendesah merasakan belaian
lidah Luisa pada penisnya serta
kehangatan yang diberikan oleh
ludah dan mulutnya.
Setelah belasan tahun yang lalu
lamanya menduda Mang Hamad
kembali menikmati kehangatan
tubuh wanita. Wanita muda dan
cantik lagi. Dia sungguh sangat
terangsang. Luisa sendiri
walaupun merasa jijik dan kotor,
tanpa disadari mulai terangsang
dan mulai mengulum benda itu
dalam mulutnya.
“enaknya!!!” lenguh Mang
Hamad
Luisa terus memaju-mundurkan
kepalanya sambil mengulum
penis itu, tangannya juga ikut
bekerja mengocok batangnya
atau memijat buah pelirnya. Pria
setengah baya itu merasa
semakin keenakan sehingga
tanpa sadar ia menggerak-
gerakkan pinggulnya sehingga
penisnya menyodoki mulut Luisa
seolah menyetubuhinya. Kini
Luisa berhenti memaju-
mundurkan kepalanya dan hanya
pasrah membiarkan mulutnya
disenggamai penjaga sekolah itu
itu, kepalanya dipegangi
sehingga tidak bisa melepaskan
diri.
“Uuhhh…gitu , enak…mmmm !”
gumamnya sambil memegangi
kepala Luisa dan memaju-
mundurkan pinggulnya.
Luisa merasakan wajahnya
makin tertekan ke selangkangan
dan buah pelir Mang Hamad yang
berbulu lebat itu, penis di dalam
mulutnya semakin berdenyut-
denyut dan sesekali menyentuh
kerongkongannya.
“Ohhh…Neng Luisa, terus…
terus!” desahnya sambil
membelai rambut gadis itu.
Saking enaknya, pertahanan
Mang Hamad langsung jebol
dalam waktu kurang dari 5
menit. Wajahnya menegang dan
cengkeramannya pada pundak
gadis itu makin mengeras. Luisa
yang menyadari lawan mainnya
akan segera keluar
mempergencar serangannya,
kepalanya maju mundur makin
cepat dan cret…cret…sperma
Mang Hamad menyemprot dalam
mulutnya. Dengan lihainya Luisa
menelan dan menyedot cairan
kental itu tanpa ada yang
menetes dari mulutnya. Sungguh
kenikmatan oral terdahsyat yang
dialami Mang Hamad sehingga
membuatnya melenguh tak
karuan.
“Uoohh…sedot terus neng…
ajibb…jibb…jibbh!!”
Luisa melakukan cleaning
servicenya dengan sempurna,
seluruh batang itu dia bersihkan
dari sisa-sisa sperma. Setelah
mulutnya lepas tak terlihat
sedikitpun cairan putih itu
menetes dari mulutnya. Sungguh
teknik yang sempurna, demikian
pikir Mang Hamad.
Luisa kemudia tersenyum genit
kearah Penjaga sekolahnya itu.
“Neng memang gadis nakal ya,
Luisa”. katanya
“Asal Mamang mau bantu Luisa,
apapaun saya lakukan buat Mang
Hamad”. Sahut Luisa dengan
masih terseyum menggoda.
Mang Hamad lalu memanggil
Luisa untuk duduk di
pangkuannnya. Posisi mereka
sekarang saling menghadap
dimana Mang Hamad masih
duduk di ranjang dan Luisa
diatasnya. Tanpa malu-malu Luisa
menuruti keinginan penjaga
sekolahnya itu. Bahkan tanpa
sungkan dia mencium bibir Mang
Hamad. Sambil berciuman tangan
Mang Hamad kembali meremas
bagian-bagian sensitif tubuh
gadis mungil itu. Sekarang
penjaga sekolah bejat itu
menyusu dari payudaranya. Pipi
pria itu sampai kempot
menyedot puting Luisa,
sepertinya dia sangat gemas
dengan payudara Luisa yang
putih montok dengan puting
kemerahan itu. Luisa senang-
senang saja payudaranya
dikenyot. Dia sendiri nampak
mendesah nikmat dengan kepala
menengadah dan mata terpejam.
Dengan nakal dia ikut meremas-
remas batang Mang Hamad yang
masih lemas. Perlahan-lahan
nafsu gadis itu mulai naik lagi.
Begitu juga dengan Mang
Hamad. Dalam tempo singkat
penisnya sudah kembali bangun.
“Masukin ya pak. Luisa sudah ga
tahan nih’. kata Luisa yang
diiyakan Mang Hamad. Luisa lalu
mengakat pantatnya dan
mengarahkan vaginanya ke
penis yang sudah menegang
maksimal itu. inilah kali pertama
Luisa akan merasakan penis
terbesar yang akan memasuki
lubang vaginanya yang sempit.
Walau sedikit ngeri, tapi
nafsunya mengalahkan
semuanya. Beberapa kali kepala
penis itu terpeleset dan gagal
masuk ke celah vagina luisa.
“Susah banget sih mang. Punya
mamang gede sih”
“Sini mamang bantu”
Mang Hamad lalu membantu
dengan mengarahkan penisnya
ke vagina gadis itu. Luisa
mengigit bibirnya merasakan
sedikit perih saat ujung kepala
penis Penjaga sekolahnya itu
masuk. Pelahan-lahan benda itu
meluncur masuk ke dalam
miliknya.
“Pelan-pelan mang. Sakit….”
“Iya neng. Memeknya kesempitan
sih”
Luisa merintih menahan nyeri
saat penis besar itu menyeruak
perlahan ke dalam kemaluannya
yang sempit, demikian juga Mang
Hamad meringis menahan
nikmat merasakan penisnya
tergesek dinding vagina gadis
itu. Dengan beberapa kali
gerakan tarik dorong yang keras
maupun lembut, penis itu
akhirnya terbenam setengahnya
ke dalam vagina Luisa. Itupun
Luisa sudah merasa penuh sekali.
Penis itu terasa sangat sesak di
liang vaginanya, ini memang
bukan pertama kalinya bagi
Luisa, namun penis mantan
pacarnya Johan tidaklah sebesar
milik Mang Hamad. Dan ketika
dengan kasar Mang Hamad tiba-
tiba menekankan batangnya
seluruhnya hingga amblas. Luisa
tak kuasa menahan diri untuk
tidak memekik. Perasaan luar
biasa bercampur pedih
menguasai dirinya, hingga
badannya mengejang beberapa
detik.
“ahh……….mang……
ohhhhhhh…….sakit……..” Luisa
melolong dengan panjang.
“Oohh…enak banget Neng,
sempit, legit, padahal udah gak
perawan…!” katanya sambil
menggoyangkan pinggulnya
pelan-pelan kemudian makin
lama makin cepat. Luisa sungguh
tak kuasa untuk tidak merintih
setiap dia menggerakkan
tubuhnya, gesekan demi gesekan
di dinding dalam liang vaginanya
sungguh membuatnya seperti
terbang tinggi. Mereka
bersetubuh dengan gaya woman
on top.
“Oh, Luisa…… memekmu…bener-
bener masih seret, ohh..ohhh !”
puji Mang Hamad ditengah
genjotannya. Luisa hanya hanya
memejamkan mata sambil
mendesah. Dia sudah mulai bisa
menikmati penis Mang Hamad di
liangnya. Bahkan dia sekarang
mulai ikut menggoyang-
goyangkan pantatnya di atas
penis hitam itu.
“Oh, mang….ohhhh…
ohhhhhh…..e..nak……” desah
Luisa.
Dia memacu dan
menggoyangkan pinggulnya
pada pangkuan Mang Hamad
dengan penuh semangat. Ketika
memandang ke depan, dilihatnya
wajah orang tua itu sedang
menatapnya dengan takjub,
segaris senyum terlihat pada
bibirnya, senyum kenikmatan
karena telah berhasil menikmati
gadis terpopuler di sekolah ini.
“Kamu benar-benar cantik neng.
teteknya juga bagus”. ujarnya.
Dengan posisi demikian, Mang
Hamad dapat mengenyot
payudara Luisa sambil menikmati
goyangan pinggulnya.
Kedua tangannya meraih
sepasang gunung kembar itu,
mulutnya lalu mencium dan
mengisap putingnya secara
bergantian. Remasan dan
gigitannya yang terkadang kasar
menyebabkan Luisa makin
melayang, dia makin lama makin
cepat mengoyangkan pinggulnya
diatas tubuh Mang Hamad. Di
ambang klimaks, tanpa sadar
Luisa memeluk Mang Hamad dan
dibalas dengan pagutan di
mulutnya. Mereka berpagutan
sampai Luisa mendesis panjang
dengan tubuh mengejang.
‘Oh..mang….Luisa ….mau
ke….lu….ar….rrrrr” Jerit Luisa.
Sekitar 2 menit kemudian, tubuh
Luisa meliung keras, menjerit
menahan desah, saat berhasil
mencapai orgasme, matanya
membeliak dan tubuhnya
berkelejotan. Mang Hamad masih
erus mengenjot hingga
orgasmena makin panjang.
Vagina Luisa berdenyut kencang
seolah menghisap penis Mang
Hamad dan mencengkeram penis
itu keras sekali. Meski begitu,
entah apa yang menjadi doping
Mang Hamad, penis penjaga
sekolah itu tetap saja berdiri
tegak seperti tongkat baja yang
tidak bisa lemas. Penis itu terus
menyodok vagina Luisa meski
gadis cantik itu sudah
kepayahan. Mang Hamad lalu
mendekap tubuh telanjang Luisa,
lalu masih dengan kemaluan
yang menyatu, mereka lalu
berlutut di lantai. Mang Hamad
kemudian menunggingkan
pantat Luisa, memaksa gadis
cantik itu berposisi merangkak
dengan bertumpu pada lutut dan
siku. Dengan posisi pantat Luisa
yang menungging lebih tinggi
dari kepala, Mang Hamad makin
leluasa menggagahi wanita
cantik itu. Dia melebarkan kedua
kaki Luisa, membuat vagina
wanita itu kembali membuka.
Segera saja penis Mang Hamad
kembali menggenjot vagina
gadis seksi itu secara brutal.
“Ahhkh… aahh… oohh…” Luisa
merintih-rintih lirih merasakan
vaginanya kembali digenjot oleh
penis Mang Hamad.
Tubuhnya kian lemas mengalami
percintaan yang begitu lama.
Lenguhan dan erangan Luisa
akhirnya lenyap sama sekali dan
hanya menyisakan rintihan-
rintihan tak berdaya. Tubuh
mulusnya yang telanjang bulat
tersentak maju mundur dengan
pasrah mengikuti sodokan penis
Mang Hamad pada vaginanya.
Tubuhnya benar-benar terasa
letih dan lemas. Meski begitu
gelombang orgasme terus-
menerus menghajar tubuhnya,
membuat Luisa hanya bisa
menggeliat lemah dan menggigit
bibir merasakan kenikmatan
yang sekaligus sangat
menyakitkan.
“enak sekali memek neng Luisa…
beruntung sekali mamang…ha…
ha….” Jerit Mang Hamad bagai
kesetanan.
Penis Mang Hamad dengan kasar
menyodok-nyodok vaginanya
berulang-ulang. Cairan vagina
Luisa yang membludak seolah
berbuih melicinkan gesekan
penis Mang Hamad pada dinding
vaginanya. Sebagian cairan
vagina itu mengalir membasahi
paha Luisa sebelah dalam.
Mang Hamad kian ganas
mengenjot Luisa. dengan tangan
terus-menerus meremas-remas
pantat Luisa, penis Mang Hamad
menyodok vagina anak 17 tahun
yang cantik itu dengan gerakan
tidak teratur, kadang cepat
kadang pelan, membuat Luisa
kian tersiksa oleh kenikmatan
yang kembali mendera tubuhnya.
Kadang-kadang saking
terangsangnya, Luisa
menggoyangkan pantatnya
sendiri maju mundur untuk
mempercepat sodokan penis
Mang Hamad pada vaginanya.
Mang Hamad tertawa senang di
tengah dengus kenikmatannya
menyaksikan Luisa yang
menggoyangkan pantatnya
sendiri.
———-
“He he he.. Oke juga nih neng..”
Mang Hamad tertawa. “Ayo,
goyang terus… Ayo.. terus…”
Mang Hamad menyemangati.
Dia lalu menghentikan sodokan
penisnya sama sekali, untuk
mengetahui reaksi Luisa. Secara
reflek Luisa langsung
menggerakkan pantatnya lebih
kuat dan lebih cepat. Orgasme
berkali-kali telah membuat Luisa
kehilangan kendali atas
tubuhnya sendiri. yang dia
inginkan sekarang hanyalah
bagaimana meraih kenikmatan
seksual sebanyak mungkin.
Karena itulah Luisa terus
menerus menggoyangkan
pantatnya membuat vaginanya
tetap terpompa oleh penis Mang
Hamad. Sementara itu Mang
Hamad juga mengimbangi
gerakan pantat Luisa yang kian
liar. Mang Hamad memegangi
pinggul Luisa lalu menarik
pinggul yang bulat itu maju
mundur mempercepat goyangan
pantat Luisa.
“Ayo.. terus.. goyang terus..”
Mang Hamad menyemangati
Luisa yang makin liar, sementara
tangannya terus meremasi
pantat Luisa yang montok
dengan penuh kegemasan. Luisa
kian tak tahan menerima
sodokan penis Mang Hamad.
Perlakuan Mang Hamad yang
brutal ternyata justru membuat
orgasme Luisa lebih cepat
meninggi. Luisa merasakan
gelombang orgasme kembali
meregangkan syaraf seksualnya
mencoba menembus
pertahanannya.
“Udah dulu mang, cape…”
“Tapi Mamang belum cape
neng…kalau mau udahan silakan
tapi perjanjian kita batal”
ancamnya.
“Ok..ok lanjutin ajah mang” Kat
Luisa tak punya pilihan,
Merasa belum terpuaskan
dengan posisi doggy style yang
dipraktekkannya, Mang Hamad
memaksa Luisa kembali
menelentang di lantai, lalu
direntangkannya kedua tangan
Luisa ke samping dan
dipeganginya pergelangan
tangan wanita itu erat-erat.
Kemudian kembali penis Mang
Hamad menyodok-nyodok vagina
Luisa. Luisa tidak bisa bergerak
dengan posisi seperti itu. Tubuh
Mang Hamad yang besar
menindih tubuh putih mulus
Luisa dengan ketat. Sodokan
penis Mang Hamad menggenjot
vagina Luisa dengan begitu
kasar membuat pantat Luisa
sampai terbanting-banting keras
di lantai marmer yang dingin.
Luisa yang sudah tidak punya
tenaga lagi hanya bisa pasrah
dan berharap ini cepat berakhir.
Meski begitu Luisa harus
menunggu cukup lama untuk itu.
Selang sepuluh menitan Mang
Hamad menggenjotkan penisnya,
tubuh Luisa kembali menggeliat
dan mengejang, hanya kali ini
terlalu lemah.
“Ohh… aahh…” Luisa mengerang
lirih dengan tubuh mengejang
dan gemetar. Dari vaginanya
yang kembali berdenyut keras,
Mang Hamad segera tahu kalau
gadis cantik yang sedang
digagahinya itu kembali
mengalami orgasme. Vagina
Luisa mencengkeram penis Mang
Hamad dengan kuat seolah
hendak membetot penis itu
sampai lepas.
“Udah dulu mang….aduh capek…
istirahat dulu….” Desah Luisa.
Kali inin Mang Hamad menurut
saja. Dia juga mau
mengistirahtkan penisnya yang
dari tadi `bekerja keras`. Dia lalu
membopong Luisa.
Direbahkannya gadis itu di atas
ranjang. Luisa telentang dengan
lemasnya. Entah sudah berapa
kali dia orgame. Tapi dia tahu ini
belum selesai. Luisa menerima
minuman yang diberikan Mang
Hamad. Kerongkongannya yang
tadinya kering kembali terisi.
Mang Hamad juga membantu
Luisa mengurangi lemasnya
dengan memijat-mijat gadis itu.
Pukul 17.40
“Terima kasih neng. Ini baru
bayaran yang sepadan”
“Ya udah. Sekarang mana
“barang” nya. Saya butuh
banget” sahut Luisa
“Tuh ambil!” Mang Hamad
mengeluarkan lembaran itu dari
saku celananya pada Luisa.
Luisa tersenyum lalu ia buru-
buru menyalin semua yang
dalam kertas pada sebuah
catatan kecil.
Lima belas menit kemudian Mang
Hamad pun meninggalkan rumah
Luisa dengan penuh kepuasan
************************
Keesokan harinya
Pukul 13.40
Sekolah sudah lenggang setelah
bubaran jam 13.15 tadi, tidak
ada kegiatan ekskul karena ini
adalah minggu ujian. Di sebuah
toilet di tingkat 3 yang jarang
dilewati orang terdengar sayup-
sayup suara desahan dari dalam.
“Aaah…iyahhh Mang, lebih keras
dikit…ahhh….aahhhh!!!” erang
Luisa yang bersandar pada
tembok dan menerima hujaman
penis Mang Hamad pada
vaginanya.
Seluruh kancing seragam gadis
itu telah terbuka dan cup bra nya
telah terangkat ke atas, demikian
juga celana dalamnya telah
tergeletak di lantai dan roknya
terangkat hingga pinggang.
Crettt….crettt…beberapa kali
semprotan sperma Bang Hamad
mendarat di buah pantatnya
yang sekal. Kedua insan itu baru
saja mencapai puncak
kenikmatan bersama di toilet itu.
“hihihi…untung ada Mang Hamad
jadi tadi ujiannya lancar!” kata
Luisa agak lemas sambil mulai
mengancingkan kembali
kemejanya.
“Pokoknya kalau Neng butuh
bantuan sih cari aja Hamad bin
Abdul Aziz, dijamin tokcer…asal
imbalannya juga asyik punya
dong hehhee!” kelakarnya genit
sambil membelai pantat Luisa.
Ya…lembaran yang sejak kemarin
sangat diinginkan Luisa itu tak
lain adalah kunci jawaban pilihan
ganda untuk UTS IPA hari ini.
Luisa memang terbilang agak
kurang dalam bidang studi satu
ini, terutama kimia yang
membuatnya sangat frustasi.
Dengan kunci jawaban hasil
curian Bang Hamad kemarin ia
dapat mengerjakan ujian tadi
dengan lancar, tentunya tidak
semuanya dijawab sama persis
seperti di kunci demi
menghindari kecurigaan para
guru. Sebagai harganya ia harus
merelakan tubuhnya dinikmati
oleh si penjaga sekolah tua itu.
“Udah ya Mang, saya pulang
dulu…inget di luar jangan
macem-macem loh, gak enak
kalau diliat orang!” Luisa
mewanti-wanti pria itu setelah
membenahi diri dan hendak
keluar dari toilet itu.
“Tenang neng…tenang, Mamang
juga bisa dipecat atuh kalau
ketahuan gitu hehehe” jawab
Mang Hamad terkekeh-kekeh.
Sampai di tempat parkir, Luisa
tampak bingung mencari-cari
sesuatu di saku bajunya hingga
tasnya.
“Ininya ketinggalan Neng?” tanya
sebuah suara dari belakang yang
mengejutkannya.
“Duh Mang, ngagetin aja,
makasih ya, kayanya jatuh di atas
tadi” Luisa pun menerima kunci
mobilnya dari tangan Mang
Hamad lalu menekan remotenya
hingga pintu tidak terkunci. Luisa
masuk ke jok kemudi, tapi
sebelum ia sempat menutup
pintu mobil, tiba-tiba Mang
Hamad menahannya dan
merangsek ke dalam menindih
tubuh gadis itu.
“Mang…apa-apaan ini…aahhh…
jangan! Aahhh!!” erang Luisa
terkejut.
Selanjutnya pintu mobil tertutup
dan mobil itu sedikit bergoyang-
goyang, Mang Hamad
nampaknya tidak puas-puasnya
menikmati kehangatan tubuh si
bunga sekolah itu.