Meskipun tinggal di
Jakarta dan digaji besar, aku
lebih suka tinggal di
perkampungan. Kosku berada di
wilayah Jakarta Selatan dekat
perbatasan Tangerang.
Lokasinya yang nyaman dan
tenang, jau dari hiruk pikuk kota,
membuatku betah tinggal lama
disini sejak tahun 2002. Sudah 7
tahun lebih aku belum pernah
pindah. Tetangga-tetangga pun
heran mengapa aku betah
tinggal disitu padahal bu kostku
terkenal orangnya kolot dan
masih memegang tradisi lama.
Orangnyapun alim dan tidak
suka anak kostnya berbuat
macam-macam dan kalau
ketahuan sudah pasti diusir dari
rumah kostnya.
Cerita Ngentot Istri Teman –
Rumah kostku 2 lantai yang
disewakan hanya 5 kamar
dengan ukuran sedang dan
kostnya baik untuk putra
maupun putri, yang masih single
maupun yang sudah
berkeluarga. Kamar mandi untuk
anak kost disedakan ada 2
didalam rumah satu dan yang
diluar juga ada. Ibu koskupun
tinggal disitu cuman tinggal di
kamar sebelah dalam bersama
anak semata wayangnya Mas
Rano.
Cerita Ngentot Istri Orang -
Kejadian ini terjadi sekitar tahun
2005, Rumah kost hanya terisi
dua satu untukku dan
sebelahnya lagi keluarga Mas
Tarno berasal dari Yogyakarta.
Mas Tarno umurnya 2 tahun
diatasku jadi waktu itu sekitar 26
tahun. Istrinya bernama Nita
seumuran denganku. Nita
orangnya manis putih tinggi
sekitar 165 cm ukuran payudara
sekitar 34-an. Mereka sudah
dikaruniai satu orang anak
masih berumur 2 tahun bernama
Rara. Mas Tarno orangnya
penggangguran. Jadi untuk
keperluan, Nita-lah yang bekerja
dari pagi sampai malam di
sebuah Supermarket terkenal
(supermarket ini sering dikenai
sanksi oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha lho!!!….hayo
tebak siapa bisa..hahahaha….)
sebagai SPG sebuah produk susu
untuk balita. Karena
keperluannya yang begitu
banyak, Nita (menurut
pengakuannya) sampai meminta
pihak manajemen untuk bisa
bekerja 2 shift.
Tentunya keluarga macam ini
sering cek-***. Nita
mengganggap Mas Tarno
orangnya pemalas bisanya hanya
minta duit untuk beli rokok.
Padahal jerih payah Nita
seharusnya untuk beli susu buat
Rara putrinya. Mas Tarno pun
sering membalas omelan-omelan
Nita dengan tamparan dan
tendangan bahkan dilakukan
didepan anaknya. Aku sendiri
tidak betah melihat pertengkaran
itu.
Suatu saat, Mas Tarno dapat
pekerjaan sebagai ABK dan
tentunya harus meninggalkan
keluarganya dalam waktu yang
cukup lama. Nita senangnya
bukan main mendengarnya.
Akan tetapi hal itu tidak
berlangsung lama.
Pada malam itu, aku ngobrol
dengan Nita dikamarnya sambil
nonton TV. Si Rara muter-muter
sambil bermain maklum umur
segitu masih lucu-cucunya.
“Sekarang sepi ya, Nit….nggak
ada Mas Tarno.” kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo
Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita
kepadaku.
“Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak kerja
tetep nyusahin. wajar khan kalo
aku minta duit ke Mas Tarno?
Aku khan istrinya. Eh, Dianya
marah-marah. Besoknya aku
diomelin juga ama ibu mertuaku.
Katanya aku nggak boleh minta
duitnya dulu biar bisa buat
nabung. Gombal!!! Aku nggak
percaya Mas Tarno bisa
nabung!!!” Dia jawab dengan
marah-marah.
“Sabar ya…” Aku mencoba untuk
menenangkannya apalagi Rara
dah minta bobo’.
“Seandainya Mas Tedy yang jadi
suamiku mungkin aku tidak akan
merana. Mas Tedy dah dapat
pekerjaan tetap dan digaji besar
sedangkan suamiku, Mas Tarno
hanya pekerja kasar di kapal
itupun baru sebulan sebelumnya
penggangguran.” Keluhnya.
“Udah…jangan berandai-
andai….biarkan hidup mengalir
saja.” Jawabku sekenanya.
“Mas, …..
Tiba-tiba Nita duduk disebelahku
mengapit tangganku dan
menyandarkan kepalanya. Aku
sungguh terkejut. Aku tahu Nita
butuh kasih sayang, butuh
belaian, butuh perhatian. Bukan
tendangan dan tamparan. Aku
balas dia dengan pelukan di
bahunya. Sayang sekali Wanita
semanis Nita disia-siakan oleh
laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki
normal punya nafsu terhadap
wanita. Justru inilah
kesempatanku untuk mengerjai
Nita apalagi ibu kostku
menjengguk keluarganya di
Surabaya selama seminggu dan
baru berangkat kemarin malam
dan Mas Rano dapat jatah kerja
Shift malam di sebuah Mall.
Yuhuyyy…akhirnya kesempatan
itu tiba!!!
Kutoleh Nita yang saat itu sedang
memakai daster, tanpa basa basi
aku langsung merengkuh tubuh
Nita yang montok itu kedalam
pelukanku dan langsung kucium
bibirnya yang tipis itu. Nita
memeluk tubuhku erat erat, Nita
sangat pandai memainkan
lidahnya, terasa hangat sekali
ketika lidahnya menyelusup
diantara bibirku. Tanganku asyik
meremas susu Nita yang tidak
seberapa besar tapi kencang,
pentilnya kupelintir membuat
Nita memejamkan matanya
karena geli. Dengan sigap aku
menarik daster Nita, dan seperti
biasanya Nita sudah tak
mengenakan apa apa dibalik
dasternya itu ternyata Nita
memang sudah
merencanakannya tanpa
sepengetahuanku. Tubuh Nita
benar benar aduhai dan
merangsang seleraku, tubuhnya
semampai, putih dengan susu
yang pas dengan ukuran
tubuhnya ditambah nonok yang
tak berambut mencembung.
“Eh gimana kalo si Rara
bangun?” tanyaku.
“Tenang aja Mas Tedy, Susu yang
diminum Rara tadi dah aku
campurin CTM.” Jawabnya
dengan gaya yang manja. Benar-
benar persiapan yang sempurna.
Ketika kubentangkan bibir
nonoknya, itilnya yang sebesar
biji salak langsung menonjol
keluar. ketika kusentuh dengan
lidahku, Nita langsung menjerit
lirih. Aku langsung mencopot
baju dan celanaku sehingga
penisku yang sepanjang 12 cm
langsung mengangguk angguk
bebas. Ketika kudekatkan
penisku ke wajah Nita, dengan
sigap pula Nita
menggenggamnya dan
kemudian mengulumnya. Kulihat
bibir Nita yang tebal itu sampai
membentuk huruf O karena
penisku yang berdiameter 3 cm
itu hampir seluruhnya memadati
bibir mungilnya, Nita sepertinya
sengaja memamerkan kehebatan
kulumannya, karena sambil
mengulum penisku ia berkali kali
melirik kearahku. Aku hanya
dapat menyeringai keenakan
dengan servis Nita ini. Mungkin
posisiku kurang tepat bagi Nita
yang sudah berbaring itu
sementara aku sendiri masih
berdiri disampingnya, maka Nita
melepaskan kulumannya dan
menyuruhku berbaring
disebelahnya. Setelah aku
berbaring dengan agak tergesa
gesa Nita merentangkan kedua
kakiku dan mulai lagi menjilati
bagian peka disekeliling penisku,
mulai dari pelirku, terus naik
keatas sampai keNitang
kencingku semuanya dijilatinya,
bahkan Nita dengan telaten
menjilati Nitang duburku yang
membuat aku benar benar
blingsatan. Aku hanya dapat
meremas remas susu Nita serta
merojok nonoknya dengan
jariku. Aku sudah tak tahan
dengan kelihaian Nita ini,
kusuruh dia berhenti tetapi Nita
tak memperdulikanku malahan ia
makin lincah mengeluar
masukkan penisku kedalam
mulutnya yang hangat itu. Tanpa
dapat dicegah lagi air maniku
menyembur keluar yang
disambut Nita dengan pijatan
pijatan lembut dibatang penisku
seakan akan dia ingin memeras
air maniku agar keluar sampai
tuntas.
Ketika Nita merasa kalau air
maniku sudah habis keluar
semua, dengan pelan pelan dia
melepaskan kulumannya, sambil
tersenyum manis ia melirik
kearahku. Kulihat ditepi bibirnya
ada sisa air maniku yang masih
menempel dibibirnya, sementara
yang lain rupanya sudah habis
ditelan oleh Nita. Nita langsung
berbaring disampingku dan
berbisik “Mas Tedy diam saja ya,
biar saya yang memuaskan
Mas !” Aku tersenyum sambil
menciumi bibirnya yang masih
berlepotan air maniku sendiri itu.
Dengan tubuh telanjang bulat
Nita mulai memijat badanku yang
memang jadi agak loyo juga
setelah tegang untuk beberapa
waktu itu, pijatan Nita benar
benar nyaman, apalagi ketika
tangannya mulai mengurut
penisku yang setengah ngaceng
itu, tanpa dihisap atau diapa
apakan, penisku ngaceng lagi,
mungkin karena memang karena
aku masih kepengen main
beberapa kali lagi maka nafsuku
masih bergelora. Aku juga makin
bernafsu melihat susu Nita yang
pentilnya masih kaku itu, apalagi
ketika kuraba nonoknya ternyata
itilnya juga masih membengkak
menandakan kalau Nita juga
masih bernafsu hanya saja
penampilannya sungguh kalem .
Melihat penisku yang sudah
tegak itu, Nita langsung
mengangkangi aku dan
menepatkan penisku diantara
bibir nonoknya, kemudian pelan
pelan ia menurunkan pantatnya
sehingga akhirnya penisku habis
ditelan nonoknya itu. Setelah
penisku habis ditelan nonoknya,
Nita bukannya menaik turunkan
pantatnya, dia justru memutar
pantatnya pelan pelan sambil
sesekali ditekan, aku merasakan
ujung penisku menyentuh
dinding empuk yang rupanya
leher rahim Nita. Setiap kali Nita
menekan pantatnya, aku
menggelinjang menahan rasa
geli yang sangat terasa diujung
penisku itu. Putaran pantat Nita
membuktikan kalau Nita
memang jago bersetubuh,
penisku rasanya seperti diremas
remas sambil sekaligus dihisap
hisap oleh dinding nonok Nita.
Hebatnya nonok Nita sama sekali
tidak becek, malahan terasa legit
sekali, seolah olah Nita sama
sekali tak terangsang oleh
permainan ini. Padahal aku yakin
seyakin yakinnya bahwa Nita
juga sangat bernafsu, karena
kulihat dari wajahnya yang
memerah, serta susu dan itilnya
yang mengeras seperti batu itu.
Aku makin lama makin tak tahan
dengan gerakan Nita itu,
kudorong ia kesamping
sehingga aku dapat
menindihinya tanpa perlu
melepaskan jepitan nonoknya.
Begitu posisiku sudah diatas,
langsung kutarik penisku dan
kutekan sedalam dalamnya
memasuki nonok Nita. Nita
menggigit bibirnya sambil
memejamkan mata, kakinya
diangkat tinggi tinggi serta
sekaligus dipentangnya pahanya
lebar lebar sehingga penisku
berhasil masuk kebagian yang
paling dalam dari nonok Nita.
Rojokanku sudah mulai tak
teratur karena aku menahan rasa
geli yang sudah memenuhi ujung
penisku, sementara Nita sendiri
sudah merintih rintih sambil
menggigiti pundakku. Mulutku
menciumi susu Nita dan
menghisap pentilnya yang kaku
itu, ketika Nita memintaku untuk
menggigiti susunya, tanpa pikir
panjang aku mulai menggigit
daging empuk itu dengan penuh
gairah, Nita makin keras merintih
rintih, kepalaku yang menempel
disusunya ditekan keras keras
membuatku tak bisa bernafas
lagi, saat itulah tanpa permisi lagi
kurasakan nonok Nita
mengejang dan menyemprotkan
cairan hangat membasahi
seluruh batang penisku.
Ketika aku mau menarik
pantatku untuk memompa
nonoknya, Nita dengan keras
menahan pantatku agar terus
menusuk bagian yang paling
dalam dari nonoknya sementara
pantatnya bergoyang terus
diatas ranjang merasakan sisa
sisa kenikmatannya. Dengan
suara agak gemetar merasakan
kenikmatannya, Nita menanyaiku
apakah aku sudah keluar, ketika
aku menggelengkan kepala, Nita
menyuruhku mencabut penisku.
Ketika penisku kucabut, Nita
langsung menjilati penisku
sehingga cairan lendir yang
berkumpul disitu menjadi bersih.
Penisku saat itu warnanya sudah
merah padam dengan gagahnya
tegas keatas dengan urat
uratnya yang melingkar lingkar
disekeliling batang penisnya. Nita
sesekali menjilati ujung penisku
dan juga buah pelirku. Ketika
Nita melihat penisku sudah
bersih dari lendir yang membuat
licin itu, dia kembali menyuruhku
memasukkan penisku, tetapi kali
ini Nita yang menuntun penisku
bukannya keNitang nonoknya
melainkan keNitang duburnya
yang sempit itu. Aku menggigit
bibirku merasakan sempit serta
hangatnya Nitang dubur Nita,
ketika penisku sudah
menyelusup masuk sampai
kepangkalnya, Nita menyuruhku
memaju mundurkan penisku,
aku mulai menggerakkan
penisku pelan pelan sekali.
Kurasakan betapa ketatnya
dinding dubur Nita menjepit
batang penisku itu, terasa
menjalar diseluruh batangnya
bahkan terus menjalar sampai
keujung kakiku. Benar benar
rasa nikmat yang luar biasa, baru
beberapa kali aku menggerakkan
penisku, aku menghentikannya
karena aku kuatir kalau air
maniku memancar, rasanya
sayang sekali jika kenikmatan itu
harus segera lenyap. Nita
menggigit pundakku ketika aku
menghentikan gerakanku itu, ia
mendesah minta agar aku
meneruskan permainanku.
Setelah kurasa agak tenang, aku
mulai lagi menggerakkan
penisku menyelusuri dinding
dubur Nita itu, dasar sudah lama
menahan rasa geli, tanpa
dikomando lagi air maniku tiba
tiba memancar dengan derasnya,
aku melenguh keras sekali
sementara Nita juga
mencengkeram pundakku.
Aku jadi loyo setelah dua kali
memuntahkan air mani yang aku
yakin pasti sangat banyak. Tanpa
tenaga lagi aku terguling
disamping tubuh Nita, kulihat
penisku yang masih setengah
ngaceng itu berkilat oleh lendir
yang membasahinya. Nita
langsung bangun dari tempat
tidur, dengan telanjang bulat ia
keluar mengambil air dan
dibersihkannya penisku itu, aku
tahu kali ini dia tak mau
membersihkannya dengan lidah
karena mungkin dia kuatir kalau
ada kotorannya yang melekat.
Setelah itu, disuruhnya aku
telungkup agar memudahkan dia
memijatku, aku jadi tertidur,
disamping karena memang lelah,
pijatan Nita benar benar enak,
sambil memijat sesekali dia
menggigiti punggungku dan
pantatku. Aku benar benar puas
menghadapi perempuan satu ini.
Aku tertidur cukup lama, ketika
terbangun badanku terasa segar
sekali, karena selama aku tidur
tadi Nita terus memijit tubuhku.
Ketika aku membalikkan
tubuhku, ternyata Nita masih saja
telanjang bulat, penisku mulai
ngaceng lagi melihat tubuh Nita
yang sintal itu, tanganku meraih
susunya dan kuremas dengan
penuh gairah, Nitapun mulai
meremas remas penisku yang
tegang itu.
“Yuk kita ke kamar mandi”
ajakku
“Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar
kamar sambil bugil tapi aku
sempatkan menyambar 2 buah
handuk kemudian berjalan
mengendap masuk , takut
ketahuan tetangga sebelah
rumah dan mengunci pintu
kamar mandinya dari dalam.
” Nit…kamu seksi banget..”
desisku sambil lebih
mendekatinya, dan langsung
mencium bibirnya yang ranum.
Nita membalas ciumanku dengan
penuh gairah, dan aku
mendorong tubuhnya ke dinding
kamar mandi.
Tanganku membekap dadanya
dan memainkan putingnya. Nita
mendesah pelan. Ia menciumku
makin dalam. Kujilati putingnya
yang mengeras dan ia melenguh
nikmat. Aku ingat, pacarku paling
suka kalau aku berlama-lama di
putingnya. Tapi kali ini tidak ada
waktu, karena sudah menjelang
pagi. Nita mengusap biji pelirku.
Kunaikan tubuh Nita ke bak
mandi. Kuciumi perutnya dan
kubuka pahanya.
Bulu kemaluannya rapi sekali.
Kujilati liangnya dengan nikmat,
sudah sangat basah sekali. ia
mengelinjang dan kulihat dari
cermin, ia meraba putingnya
sendiri, dan memilin-milinnya
dengan kuat.
Kumasukan dua jari tanganku ke
dalam liangnya, dan ia menjerit
tertahan. Ia tersenyum padaku,
tampak sangat menyukai apa yg
kulakukan. Jari telunjuk dan
tengahku menyolok-nyolok ke
dalam liangnya, dan jempolku
meraba-raba kasar klitorisnya. Ia
makin membuka pahanya,
membiarkan aku melakukan
dengan leluasa. Semakin aku
cepat menggosok klitorisnya,
semakin keras desahannya.
Sampai-sampai aku khawatir
akan tetangga sebelah rumah
dengar karena dinding kamar
mandi bersebelahan tepat
dengan dinding rumha tetangga.
Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku,
dan seperti menyuruhku
menjilati liangnya.
” Ahhh…ahhh….Mas…
Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia
mendesah-desah girang ketika
lidahku menekan klitorisnya
kuat2. Dan jari-jariku makin
mengocok liangnya. Semenit
kemudian, Nita benar-benar
orgasme, dan membuat mulutku
basah kuyub dengan cairannya.
Ia tersenyum lalu mengambil
jari2ku yang basah dan
menjilatinya sendiri dengan
nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di
atas toilet yg tertutup, Ia duduk
bersimpuh dan mengulum
penisku yang belum tegak benar.
Jari-jarinya dengan lihay
mengusap-ngusap bijiku dan
sesekali menjilatnya. Baru
sebentar saja, aku merasa akan
keluar. Jilatan dan isapannya
sangat kuat, memberikan sensasi
aneh antara ngilu dan nikmat.
Nita melepaskan pagutannya,
dan langsung duduk di atas
pangkuanku.
Ia bergerak- gerak sendiri
mengocok penisku dengan
penuh gairah. Dadanya naik
turun dengan cepat, dan sesekali
kucubit putingnya dengan keras.
Ia tampak sangat menyukai
sedikit kekerasan. Maka dari itu,
aku memutuskan untuk berdiri
dan mengangkat tubuhnya
sehingga sekarang posisiku
berdiri, dengan kakinya
melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi
dan mulai kukocok dengan
kasar. Nita tampak sangat
menyukainya. Ia mendesah-
desah tertahan dan mendorong
kepalaku ke dadanya. Karena
gemas, kugigit dengan agak
keras putingnya. Ia melenguh ,”
Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…
aghhh…”
Kugigit dengan lebih keras
puting kirinya, dan kurasakan
asin sedikit di lidahku. Tapi
tampaknya Nita makin
terangsang.Penisku terus
memompa liangnya dengan
cepat, dan kurasakan liangnya
semakin menyempit…
Penisku keluar masuk liangnya
dengan lebih cepat, dan tiba-tiba
mata Nita merem melek, dan ia
semakin menggila, lenguhan dan
desahannya semakin kencang
hingga aku harus menutup
mulutnya dengan sebelah
tangannku.
” Ah Maass…Ehmm… Arghh…
Arghhh…Ohhhhh uhhhhhh…”
Nita orgasme untuk kesekian
kalinya dan terkulai ke bahuku.
Karena aku masih belum keluar,
aku mencabut penisku dari
liangnya yang banjir cairannya,
dan membalikan tubuhnya
menghadap toilet. Biasa kalau
habis minum staminaku memang
suka lebih gila. Nita tampak
mengerti maksudku, ia
menunggingkan pantatnya, dan
langsung kutusuk penisku ke
liangnya dari belakang. Ia
mengeram senang, dan aku bisa
melihat seluruh tubuhnya dari
cermin di depan kami. Ia tampak
terangsang, seksi dan acak-
acakan.
Aku mulai memompa liangnya
dengan pelan, lalu makin cepat,
dan tangan kiriku meraih puting
payudaranya, dan memilinnya
dengan kasar, sementara tangan
kananku sesekali menepuk keras
pantatnya. Penisku makin cepat
menusuk2 liangnya yang
semakin lama semakin terasa
licin. Tanganku berpindah-
pindah, kadang mengusap-
ngusap klitorisnya dengan cepat.
Badan Nita naik turun sesuai
irama kocokanku, dan penisku
semakin tegang dan terus
menghantam liangnya dari
belakang. Ia mau orgasme lagi,
rupanya, karena wajahnya
menegang dan ia mengarahkan
tanganku mengusap klitorisnya
dengan lebih cepat.
Penisku terasa makin becek oleh
cairan liangnya.
“Nita..aku juga mau keluar nih….”
” oh tahan dulu…kasih
aku….penismu….tahan!!!!
“Nita langsung membalikan
tubuhnya, dan mencaplok
penisku dengan rakus. Ia
mengulumnya naik turun dengan
cepat seperti permen, dan dalam
itungan detik, menyemprotlah
cairan maniku ke dalam
mulutnya.
” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ”
erangku tertahan.
Nita menyedot penisku dengan
nikmat, menyisakan sedikit rasa
ngilu pada ujung penisku, tapi ia
tidak peduli, tangan kirinya
menekan pelirku dan kanannya
mengocok penisku dengan
gerakan makin pelan. Kakiku
lemas dan aku terduduk di kursi
toilet yg tertutup. Nita berlutut
dan menjilati seluruh penisku
dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih
penisku, ia memakaikan
handukku, lalu memakai
handuknya sendiri. Ia memberi
isyarat agar aku tidak bersuara,
lalu perlahan-lahan membuka
pintu kamar mandi. Setelah yakin
aman, ia keluar dan aku
mengikutinya dari belakang.
Setelah kejadian itu aku sama
Nita semakin gila-gilaan dalam
bermain seks sampai dengan ibu
kosku kembali dari Surabaya
tentunya aku hanya bisa
melakukannya di malam hari